Tuhan, aku datang dengan hati yang penuh tanya.
Ada rindu yang tumbuh, perlahan namun pasti
Rindu yang tak berani diucapkan
karena aku pun belum tahu apakah ini dariMu…
atau hanya dari keinginanku sendiri.
Terkadang, aku ingin bicara jujur
bahwa aku merindukannya, bahwa aku ingin tahu kabarnya,
bahwa aku ingin hadir dalam hidupnya lebih dari sekadar kenangan.
Tapi setiap kali niat itu muncul,
ada suara lembut di hatiku berkata:
Tunggu. Serahkan dulu kepadaKu.
Maka aku menahan diri, bukan karena aku lemah…
tapi karena aku percaya pada waktuMu.
Aku percaya bahwa kasih yang sejati tidak dimulai dari keinginan,
melainkan dari perkenananMu.
Jika memang ia yang Kau kehendaki,
maka tak ada jarak, waktu, atau rindu yang sia-sia.
Engkau akan menyatukan di waktu yang tepat,
bukan karena aku memaksakan, tapi karena Kau mengizinkan.
Tuhan, aku tak ingin menjadikan rindu ini berhala.
Aku tak ingin merindukan seseorang lebih dari aku merindukan hadiratMu.
Karena aku tahu, hanya dalam Engkau
jiwa ini bisa benar-benar tenang.
Jadi aku memilih untuk diam.
Bukan karena aku tak peduli,
tapi karena aku memilih mempercayakan semuanya ke dalam tanganMu.
Bila rindu ini adalah bagian dari rencana indahMu,
maka tuntunlah langkahku sesuai kehendakMu.
Tapi bila tidak,
kuatkan hati untuk tetap setia,
sekalipun perasaanku harus kutinggalkan di kaki salibMu.
Sebab lebih baik aku kehilangan rasa,
daripada kehilangan hadiratMu.