Adakah Aku Engkau Panggil, Tuhan?
Seorang gadis. Sangat rajin ke gereja. Bukan hanya tiap hari Minggu, tapi hampir setiap hari. Ini karena nasihat ibunya: “Nak, pergilah ke gereja setiap hari selagi engkau belum bersuami. Kalau engkau sudah menikah nanti, siapa tahu, karena banyaknya pekerjaan, kamu tak lagi bisa sering-sering ke gereja.
Adalah hal yang biasa, bila suatu saat gadis itu jatuh cinta. Seorang pemuda bermata tajam telah mencuri hatinya. Ternyata gadis itu tidak bertepuk sebelah tangan. Mereka berkenalan, berkirim surat, berjumpa, bercanda, berbagi cerita, dan mereka merasa sangat bahagia.
Pada suatu hari Minggu, gadis itu pergi ke gereja. Hari Minggu panggilan. Di akhir kotbah, Romo mengatakan: “Kalian pemuda-pemudi Katolik, bila misa ini nanti selesai, dan kalian keluar dari pintu gereja ini, bertanyalah dalam hatimu. Adakah aku Engkau panggil Tuhan?”
Misa selesai. Gadis itu keluar dari pintu gereja dan bertanya dalam hati: “Adakah aku Engkau panggil Tuhan?” Tak ada jawaban. Si gadis terus berjalan dan dalam perjalanan itu ia dengar pertanyaan: “Adakah engkau mencintai Aku melebihi segala sesuatu?” Dengan cepat dan bersemangat gadis itu menjawab: “Ya Tuhan, aku mencintaiMu melebihi segala sesuatu!”
“Adakah engkau rela meninggalkan orang tua, sanak saudara, harta benda, dan segalanya, untuk mengikuti Aku?” “Meninggalkan orang tua, saudara, bagiku sudah biasa. Meninggalkan harta, aku memang tidak punya. Tapi meninggalkan segalanya, termasuk dia, aku tak bisa. Aku sangat mencintainya.” Terdengar suara tawa.
Kamu bukan mencintai dia, tapi mencintai dirimu sendiri. Bukankah ia seorang mahasiswa, yang menurut perhitunganmu mempunyai masa depan cerah? Bagaimana kalau ia gagal dalam studi?” “Aku tetap mencintainya. Keberhasilan studi bukan jaminan kebahagiaan. Dalam kegagalan itu kami bisa mencari jalan agar kami tetap dapat menghadapi kehidupan bersama-sama.”
“Bagaimana kalau suatu hari dia mendapat kecelakaan, ptah kakinya?” “Aku tetap mencintainya. Dengan cacatnya itu kami akan tetap bersama-sama mencari nafkah dan kami akan tetap bahagia.”Bila dalam kecelakaan rusak wajahnya? Wajah tampan yang selalu kau rindukan itu?” “Aku tetap mencintainya!”
“Jadi, adakah engkau mencintai Aku melebihi segala sesuatu?” “E …, aku …, aku tak tahu!”
Sr. Antonia SFS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar