Hidup damai dan
bersaudara itu indah, tidak ada saling mengkotak-kotakkan antara agama, suku
budaya. Setiap manusia, bebas menjalankan kewajiban ibadah menurut keyakinan dan kepercayaannya,
tanpa bebas dan ada larangan dari siapapun dan apapun. Berharap di Indonesia dapat terjadi hal ini,
tetapi kenyataannya sekarang bangsa kita yang dahulunya damai, aman dan tentram, sehingga
terkenal dengan keramahtamahannya, saat ini berubah menjadi buas dan ganas karena oknum-oknum tertentu yang mengatasnamakan agama. Ibarat
kata, kalau tidak bermusuhan dengan orang, rasanya kurang nikmat.
Hal ini tidak menjadi
keinginan dan perbuatan semua orang, tetapi ada orang-orang yang masih dan
sangat peduli dengan kedamaian, persatuan dan penuh persaudaraan. Di semua
daerah mengumandangkan persatuan, kesatuan dan perdamaian. Tak terkecuali di kota
Sukabumi pun kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi yang mempunyai
cita-cita Indonesia menuju persatuan dan kesatuan dalam memperjuangkan landasan
dasar Negara Republik Indonesia (Pancasila, UUD 1945, NKRI & Bhineka
Tunggal Ika). Kelompok atau organisasi itu antara lain Forum Kerja sama antar
Umat Beragama (FKUB) mengadakan silaturahmi dengan para pemuka agama khususnya
dengan gereja-gereja yang ada. Gereja Katolik pun mendapat giliran yang pertama
dikunjungi pada tanggal 2 Mei 2017.
Tujuan kunjungan
tersebut adalah untuk lebih dekat dengan pengurus antar agama (dialog) dan mendengarkan aspirasi mengenai kerukunan
antar umat beragama.
Pertemuan diawali dengan perkenalan. Dimulai
dari FKUB yang diketuai oleh Hj. Ade Mukhdiar (Islam-Muhamadiah), sedangkan
wakilnya adalah Bpk Joko Prayitno (Katolik). Pengurus FKUB berjumlah 17 orang.
Ada juga perkenalan
dari Forum Pemuda Lintas Agama (FPLA). Forum mengajak dan mengundang para
pemuda untuk bergabung dan berkumpul untuk menjalin persaudaraan demi membangun
perdamain di negara khususnya di Sukabumi. Kegiatan yang mereka lakukan antara
lain adalah mensosialisasikan dan mengampanyekan kerukunan, perdamaian dan
kesatuan di sekolah-sekolah.
Dari gereja Katolik pun memperkenalkan diri.
Yang dipandu oleh RD Yustinus Dwi Karyanto selaku kepala Pastor Paroki. Yang
hadir adalah perwakilan dari Dewan paroki, Para Suster (2 SFS & 2 OSU).
Yang diharapkan
adalah masing-masing saling mendukung satu sama lain, adanya penertiban dalam
kegiatan keagamaan, tidak ada kampanye politik di dalam rumah ibadah,
memelihara kerukunan antar umat beragama, melaksanakan dialog/ silaturahmi/
komunikasi, perekomendasian (pendirian rumah ibadat), diadakan pentas budaya,
dan tanggap bencana.
Silaturahmi yang
tujuannya hampir serupa dilakukan oleh Gereja Katolik lagi pada tanggal 13 Juni
2017 di Pesantren Miftah Afsuadah –Cisaat.
Yang hadir adalah Pastor Paroki, perwakilan dari Dewan Paroki, WKRI,
OMK, SFS, & OSU. Tujuan dari kunjungan ini adalah Buka puasa bersama
(bukber) dan meningkatkan tali persaudaraan.
Sambutan yang begitu
hangat membuat para pengunjung begitu enjoy dan penuh persaudaraan yang tulus
tanpa ada dugaan negatif. Tentunya awal silaturahmi ini dengan perkenalan yang
dipandu oleh anak Ustad KH. Abdul Fauziah (Ketua) yang merupakan anak dari Kiai Haji tersebut.
Dilanjutkan lagi dari gereja Katolik yang dipandu oleh Bpk Soebandrio. Dari
Banser oleh Wiwin Suhedan yang bertekad bersama para banser untuk menjaga
perdamaian dan persaudaraan di kota Sukabumi dan sekitarnya. Silaturahmi ini
pun dihadiri oleh Rm Endro, Pr yang adalah Ketua Komisi Agama dan Kepercayaan
Keuskupan Bogor. Dalam kata sambutannya Romo berharap agar selalu membina,
menjaga kedamaian, persatuan, dan penuh persaudaraan. Akan banyak warna kalau
itu dibina terus seperti pelangi.
Tiba waktunya buka
puasa, maka dibuka dengan doa oleh KH Abdul Fauziah. Makan bersama dan senda
gurua pun mewarnai pertemuan. Hanya memang tidak kelihatan kaum wanita dari
saudara-saudara muslim yang memang sudah menjadi tradisi mereka untuk tidak
bergabung. Namun ternyata harapan itu
terkabulkan ketika Ibu Kiki datang dan saling memberikan salam. Lalu Ibu
Kiki mengajak kami untuk bertemu dengan para santriwati. Sebelumnya Ibu Kiki
bertanya apakah para Ibu dan Suster bertemu dengan para Santriwati. Dengan
semangat dan gembira, langsung mengiyakan. Namun Ibu Kiki pun masih melanjutkan
bahwa tapi Santriwati takut bertemu dengan Suster karena belum pernah bertemu.
Dengan semangat langsung menemui para Santriwati yang sudah duduk menunggu peserta
kunjungan yang tentunya kaum hawa. Dengan senyuman yang ramah dan tulus
langsung terlihat oleh Santriwati yang awalnya takut untuk bertemu. Sr
Clementine mewakili rombongan memperkenalkan anggota rombongan yang ada.
Beberapa pertanyaan kecil dari para Santriwati tentang kehidupan para suster.
Pertemuan tersebut berakhir dengan salam-salaman, tukar nomor telepon dan tak
ketinggalan selfi/foto. Sungguh terbekati dengan perjumpaan ini.
Semoga dengan adanya
silaturahmi dan perjumpaan ini, semakin menambah daya dan semangat dalam
membangun bangsa Indonesia khususnya di Sukabumi penuh damai dan bersaudara,
sehingga bangsa yang dulu dikenal aman, tentram, dan ramah kembali kembali
berkumandang.
“Perdamaian hanya bisa bertahan di mana hak
asasi manusia dihormati, di mana orang-orang diberi makan, di mana individu dan
bangsa hidup bebas. Kedamaian sejati pada diri sendiri dan dengan dunia di
sekitar kita hanya dapat dicapai melalui pengembangan perdamaian mental”
Salam Indonesia
Emiliasfs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar