Menjadi pribadi yang mistik, yang
berusaha dekat dengan Tuhan, yang berusaha untuk selalu menyatukan hidup dan
diri dengan Tuhan, yang selalu mengandalkan diri dan hidup kepada Tuhan.
Menjadi pribadi yang bertugas
sebagai pembawa kebenaran, yang berusaha untuk menjadi pribadi yang memiliki
keberanian menjadi pewarta kasih, yang menjadi pribadi yang mengajarkan
kebaikan.
Kita diajak untuk menjadi pribadi
yang tetap berkanjang pada kebaikan Tuhan dan membawa sukacita dalam setiap
situasi, keadaan, dimanapun, kapanpun dan apapun.
Pada kesempatan rekoleksi bulan
ini, kita kiranya diajak untuk menjadi
pribadi Mistika dan nabi dalam menggunakan media social yang sedang marak dan
tak bisa kendalikan. Media social yang menembus dinding - dinding yang cadas
sekalipun. Dan tak dipungkiri media social inipun masuk menembus dinding tembok
biara.
Facebook, e-mail, Whatsapp,
Instagram, Youtube, google, Twitter, Path, dll sudah menjadi bagian dalam hidup
kita.
Kita sebagai orang yang tinggal
dalam tembok biara inipun tak ketinggalan. Kita pun ikut bergabung dan bahkan
tak disadari kitapun telah masuk dalam jebakan-jebakan media canggih tersebut.
Hal-hal positifpun banyak kita
dapatkan di sana.
Misal:
Dalam Google: Kita bisa mencari
apa saja yang ingin kita tahu. Banyak pengetahuan-pengetahuan yang bisa kita
dapatkan dan pelajari disana.
Dalam Facebook: Kita bisa berteman
dengan siapa saja, darimana saja, berprofesi apa saja, dan lain-lain.
Dalam Whatsapp: kita bisa
mengirimkan berita tanpa menunggu dalam waktu yang lama.
Hemat waktu, tenaga, biaya, dll.
Dan masih banyak lagi
contoh-contoh positif lainnya.
Tak dipungkiri juga bahwa media
social ini pun membawa hal-hal yang negative.
Misal:
Dalam google: banyak menawarkan
konten-konten yang berbau negative, tanpa kita sadari tiba-tiba muncul
gambar-gambar yang vulgar, dll. Kita juga menjadi pribadi yang kurang atau
bahkan tidak berjuang untuk mendapatkan sesuatu (copy paste dengan ide orang
lain, dll.)
Dalam facebook: kita bisa terjebak
dalam pergaulan dan mendapatkan teman yang kurang baik, yang bisa menjadi duri
dalam kehidupan kita.
Banyak gambar, dan berita bohong/
hoax.
Maka dalam hal ini, tinggal
bagaimana kita setiap pribadi yang akrab dengan media social ini berusaha
mengendalikan diri, bijak dalam menggunakannya.
Bagaimana kita belajar untuk tahu
waktu dan tempat.
Dalam Konstitusi tahun 2016, pasal
21 mengatakan demikian:
“Hidup
dalam kemiskinan berlandaskan pada kesadaran bahwa Tuhan memberikan kehidupan
dan semua barang duniawi. Semua pemberian itu diterima dengan syukur, dan
digunakan dengan saksama. (bdk. Kan. 600)”
Dalam dunia milineal dan dunia
media social ini, kita harus terus belajar untuk selalu sadar bahwa apa yang
ada didunia ini, entah itu kehidupan, maupun barang duniawi tetap kita syukuri
dan digunakan dengan baik, saksama, dan bijak. Sesuai dengan maksudnya, dan
tidak menyalahgunakannya. Dan ini merupakan salah satu wujud kita untuk hidup
dalam kemiskinan.
Mari kita sebagai pribadi yang
dekat dengan Tuhan yang selalu mengandalkan Tuhan, kita bijak untuk menggunakan
media social tersebut. Kita gunakan dalam waktu, tempat, dan situasi yang
tepat. Kita jadikan diri kita sebagai nabi, pewarta kabar gembira yang baik dan
luar biasa. Kita gunakan media social dengan baik untuk memberikan kesaksian-kesaksian,
sukacita, dan kegembiraan bagi siapa saja yang mau dan akan kita bagikan. Kita
berusaha untuk menjadi bagian dari gereja, bangsa, dan Negara ini dengan
menjadi pribadi yang tetap beriman dan mewartakan kabar sukacita dan menawarkan
kebaikan-kebaikan Tuhan dalam sikap, perilaku, dan tindakan kita dalam
menggunakna media social ini.
Mari kita bijak dalam menggunakan
dan mengoperasikannya dalam waktu, tempat, dan situasi yang tepat.
Suster Fransiskan Sukabumi (Komunitas Pusat) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar