Rabu, 27 Maret 2019

Retret Tahunan


          Sebelum masuk biara, saya memang benar-benar kurang mengtahui tentang apa itu retret. Yang saya tahu hanyalah rekoleksi. Saat masuk bira saya mendengar cerita dari para saudari bahwa setiap tahun selalu ada retret tahunan bagi par Suster SFS dan dari Novisiat pun tak ketinggalan.
Saya pun bertanya: “kembali melihat/merefleksikan hidup sepanjang tahun.” Ada yang mengatakan: “ retret itu hal masa/saat yang hening, dan selam retret silentium total,” dll. Mendengar penjelasan itu saya sedikit mengerti dengan kata retret itu. Dengan menjalani masa postulat selama ± 7 bulan, tibalah saatnya untuk melaksanakan retret tahunan.
          Saya memamng awalnya tegang dan bingung. Bagaimana saya akan mengikuti retret ini. Apa yang akan saya lakukan., dsb. Soalnya baru pertama kali mengikuti retret. Untunghlah sebelum mulai retret, kami diberi penjelasan sedikit tentang retret tersebut. Oleh Sr. Vincent. Pelaksanaannya antara lain: bahwa retret itu diibaratkan seperti orang yang sedang berziarah, mengadakan perjalanan jauh. Suatu ketika berhenti pada suatu di tempat yang nyamandan sepi untuk beristitrahat sejenak. Dalam peristirahatan itu yang dapat dilakukan adalh; memulihkan kekuatan akibat kepenatan badan, melihat dan merefleksikan kembali perjalanan hidup yang telah dilewati.
          Penjelasan dari Sr. Vincent ini menguatkan diri saya, sehingga hari pertama memulai retret saya tidak terlalu tegang. Retret ini dilaksanakan di Rumah Retret St. Lidwina Sukabumi pada tanggal, 12-17 Agustus 2005. Pesertanya terdiri dari para novis, postulant, dan beberapa Suster yang telah profesi. (Sr. Anna, Sr. Marietta, Sr. Corona, Sr. Vincentia, dan Sr. Bernadine) pendamping: pater Nico Dister OFM.
          Dalam retret ini saya diajak untuk mengenal panggilan melalui sejarah Tarekat SFS. Saya sangat terkesan dengan Md. Rosa de Bie yang begitu cekatan dalam melayani orang-orang sakit dan lebih banyak berbuat daripada berbicara serta perjuangannya yang begitu besarketika Md. Rosa de Bie dan para Suster ditantang dari segi materi dan lingkungan, saat bekerja di RS BOZ. Tantangannya adalah : listrik tidak ada, kekurangan air, mesin cuci pun tidak ada, sehingga mereka harus mencuci pakaian dan alat-alat yang kotor dengan kerja tangan. Danjuga pada saat musim dingin mereka harus menghadapi dengan sabar dan tabah kerena tidak ada pemanasan untuk memanaskan rumah. Perjuangan Md. Rosa dan para Suster begitu tinggi sehingga mereka bisa melewatinya dengan baik walaupun ada kesulitan-kesulitan seperti di atas.
Saya juga terkesan dengan cerita pater Nico sebelum tidur malam yaitu tentang anjing dan kelinci. Keduanya ini mengingatkan dan menyadarkan saya akan hidup panggilanku, agar selalu peka dan cekatan dengan kebutuhan orang lain khususnya saudari yang sakit dan berjuang dalam menghadapi tantangan yang datang. Misalnya: bila ada masalah berani menghadapinya, serta harus tahu apa tujuan saya di sini. Bukan hanya ikut-ikutan seprti anjing-anjing yang mengejar/ mengikuti temannya. Padahal mereka tidak tahu apa yang dikejar oleh kelinci, temannya itu. Sebab bila dilihat dalam hidupku sehari-hari masih berbeda dengan apa yang dimiliki atau yang diteldankan oleh Md. Rosa tersebut. Kurang peka, kurang cekatan terhadap saudari yang membutuhkan, kurang semngat dan mudah putus asa. Kurang berani bila ada suatu masalah.
Kini ahnyalah usaha dan perjuangan untuk mengejar nilai yang telah diteldankan oleh Md. Rosa. Akhirnya retret ini sungguh membawa arti tresendiri bagi setiap peserta khususnya bagiku, apalagi didukung dengan keadaan sekitar yang hening, sejuk, dan damai.

 Rollys Taslulu (2005)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERJUMPAAN YANG TAK DIINGINKAN

💘💕💗 Yang kutakutkan adalah berjumpa dan kemudian berpisah. Rasa-rasanya tak mampu untuk melepaskanmu dan berpisah denganmu. hari-hari pen...