Bunyi alarm membangunkanku di pagi ini.bertepatan dengan
tanggal 14 Februari yang dianggap hampi semua orang adalah hari kasih sayang.
Pagi yang sunyi, sepi meski sesekali terdengar kicauan burung disebelah sana.
Dengan agak lunglai, mata setengah terpejam, tangan bergerak mengusapnya agar
tak begitu berat untuk melihat arah jalan yang hendak kulalui dari bilik
tidurku. Berjalan sambil memperbaiki rambut yang uwal-uwallan.
Apalagi keriting
rambut sang pemilik. Diusap pelan-pelan lalu diikat dengan seuntai tali bulat
kecoklat-coklattan yang sering menjadi teman rambutku yang bagiku sebagai
mahkotaku didalam kerudung putih, hitam dan terkadang biru.seolah ia menjadi
ratu di dalam sepotong kain yang melingkar diatas kepalaku. Aku langsung menuju
tempat jemuran mengambil handuk dan berlalu menuju kamar mandi yang menyambutku
dengan aroma khasnya...dengan sediikit melantunkan lagu meski hanya terdengar
olehku mengiringiku dalam membasahi saudari tubuh yang mulai segar ketika
dibasahi dengan air yang begitu bening dan segar.mengeringkan tubuh,
menutupinya dengan sehelai baju,lalu menuju sang bilik tercinta. Sedikit merias
diri dengan ala kadarnya riasan wanita, memakai habet, mengisi keperluan yang
hendak dibawa di dalam tas yang sering menemaniku disetiap perjalananku. Aku
menuju ruang makan untuk sekedar membasahi tenggorakkanku dengan air putih.
Brukkk... apa nih????gumamku. aku membersihkan wajahku. Ternyata abu yang jatuh
mengenai wajahku. Begitu pula saat aku pulang dari ruang makan. Ah, ini mungkin
jatuh dari pohon mangga; gumamku. Aku pun tak menghiraukan itu lagi. Aku
mengayunkan langkahku lebih cepat lagi mengejar waktu takut terlambat tidak
tepat waktu di tempat tujuanku nanti. Meminta tolong sama sopir rumah skit lalu
mengantarku ketempat menunggu bis yang sering dilewati bis pagi menuju kota
yogyakarta.
Diperjalanan banyak abu
yang tercecer dimana-mana. Oh...ini yang namanya hujan abu...ditempat tunggu
bis, aku menaungi tubuhku dengan payung yang kubawa. Teman-teman seperjalananku
juga melakukan hal yang sama...saat itu, aku ingin mengurungkan niatku untuk
melanjutkan perjalananku, namun karena sudah berjanji dengan pihak kampus untuk
datang ke kampus hari itu dan juga pikirku mungkin guyuran hujan abu ini cuman
sebentar dan tidak sampai di Yogyakarta. Maka akupun tetap melanjutkan
perjalananku. Beberapa lama kemudian datanglah bis dari arah Surabaya. Aku tak
ketinggalan menumpangi bis itu. Diperjalanan sang sopir mengendarai bis dengan
perlahan-lahan karena jalalanan dipenuhi dengan hujan abu. Tiba diterminal Solo,
terpaksa kami harus berganti bis karena, kaca bis tersebut sudah dipenuhi
dengan abu. Sehingga menutupi pandangan sang sopir. Denga mengayunkan langkah
menuruni anak tangga bis, aku memasuki terminal menuju tempat tunggu bis
Yogyakarta. “ Ya Tuhan, semoga semuanya
baik-baik saja “ aku memang kurang tenang juga karena letusan gunung kelud itu
cukup dekat dengan tempat dimana adik & sepupu tercintaku tinggal. Ditambah
lagi ketika ku mencoba menghubungi mereka tidak ada jawaban dan balasan. Lama
kemudian, bis menuju Yogyakarta datang. Aku dan para penumpang ang lain
berebutan menumpangi bis tersebut karena takut tidak kebagian tempat. Setelah
mendapat tempat duduk, aku mulai menenangkan diri, mencoba menghubungi lagi
adik dan sepupuku. Namun juga tidak ada balasan. Aku semakin kuatir. “ Ya Tuhan, lindungilah adik, sepupu dan mereka
yang terkena musibah saat ini”. Aku mencoba menghubungi kakakku agar membantuku
menghubungi adik. Lama kemudian ada balasan dari kakak kalau adik dan sepupu
baik-baik saja. Berita itupun didapatkan dari saudara yang lain yang juga
tinggal di Kediri. Aku mulai agak tenang. Sembari berdoa rosario. Di dalam bis
semua hening. Mungkin semua hati dan pikiran tertuju pada cuaca dan suasana
pagi ini. Kado valentine alam yang begitu indah dari Sang Khalik.
Di
pertengahan jalan, kenek mengumumkan kalau kami harus berganti bis lagi karena
bis yang kami tumpangi tidak bisa melanjutkan perjalanan & mengantar kami
sampi ke tempat tujuan berhubung kaca depan bis dipenuhi dengan abu vulkanik
yang mulai tebal, yang menghalangi penglihatan sang sopir. Kami pun berganti
bis. Rupanya kenek/sopir sudah menghubungi bis yang lain untuk mengangkut kami.
Sekali lagi kado valentine yang begitu indah. Sms dan telepon dari
saudara-saudari yang mengasihiku tak kuhiraukan.”maafkan aku kalau aku tak
membalas sms dan mengangkat teleponnya” gumamku saat itu. Perlahan-lahan tapi
pasti. Akhirnya kami tiba di kota Yogyakarta. Aku turun ditempat biasa. Untuk
melanjutkan perjalanan ke tempat kos. Di tempt yang biasa keadaannnya cukup
parah. Abu begitu tebal ditambah lagi dengan gerimisnya hujan sehingga
kelihatan becek. Dan bener banyak kecelakaan tunggal di persimpangan itu.
Karena becek meski mereka tidak luka-luka. Aku bersyukur karena sudah mulai
hujan. Ini artinya mengurangi abu yang beterbangan dimana-mana. Semua orang
yang dilihat dan ditemui menutup hidung dengan masker, wajah dengan slayer
ataupun helm. Aku berniat menunggu taksi tapi tak juga kunjung datang.
Kendaraan yang lewat hanya mobil pribadi dan motor. Sungguh pagi itu kota
Yogyakarta menjadi kota mati dan suram. Aku menunggu sekitar setengah jam
lebih. Karea takut telat ke kampus,
akupun memutuskan untuk menggunakan jasa ojek. Mungkin tidak apa-apa karena
gerimis sudah membasahi kota Yogyakarta. Dugaanku salah besar. Ternyata gerimis
itu hanya disebagian tempat. Sekitar 200 m perjalanan kami, dijalanan sudah
tidak bisa dilihat lagi tembus pandang karena dipenuhi dengan abu. Abu yang
membuatku tak hampir tak bernapas.dengan pelan pak ojek mengendarai motornya.
Aku menutupi wajahku dengan slayer yang ada. Di setiap persimpangan aku diberi
masker oleh tim SAR.
Sungguh mati aku merasakan sesak napas dan perihan di mata
dibarengi dengan tetesan air mata karena kemasukan abu. Saat itu, aku diam dan
berdoa sesekali membersihkan wajah yang sudah tak berbentuk lagi. Akhirnya tiba
juga ditempat kos. Didepan kos, banyak anak asrama yang menertawakanku karena
melihatku tak berbentuk lagi. Mungkin seperti tuyul. Semua putih. Habet dan
slayer hitam dan tas tak terlihat lagi warnanya. Kulitku yang coklat kelihatan
jadi putih karena diselimuti oleh saudara abu yang cukup tebal. Didepan kos,
beberapa suster keluar menemuiku lalu tertawa karena melihatku yang begitu
adanya. Akupun ikut tertawa bersama mereka. Merasakan diriku yang lucu
kelihatannya. Sungguh aku menikmati semuanya itu. Tak ketinggalan momen aku
difoto sebelum masuk rumah... hahahaha... lucu juga...didalam rumah, kamar tak
ketinggalan kebagian kado valentine pagi itu. Semua barang dihinggapi abu.
Aku
mencoba membersihkan badan saya dengan tisu basah mengurangi tempelan sang abu
vulkanik. Sebelum dibersihkan dengan air. Setelah mandi, dan bersiap diri
menuju ke kampus. Namun ternyata kampus juga sepi karena tidak ada yang datang.
( Ya iyalah situsi seperti itu, masa mau ke kampus...).aku pun berganti pakaian
lagi dan membersihkan kamar dan seisinya. Sungguh mati aku baru merasakan keadaan
seperti pagi itu. Namun aku bersyukur karena aku masih diberi kehidupan yang
luar biasa. Menghadapinya dengan senyuman yang terindah. Aku menerima kado
valentine yang terindah berupa hujan abu yang benar – benar kualami dan
kurasakan. Bukan guyuran bunga mawar dan bukan pula wangi-wangian. Sungguh ini
menjadi kenangan yang terindah dalam hidupku. Kenangan yang mungkin tidak
dirasakan oleh sebagian orang.
Memorial Terindah
Di hari Valentine
Salam Kasihku
Emiliasfs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar