Hati yang tak membuatku yakin ...
Cinta yang tak mampu kupahami
Cinta yang tak mampu kuterima
Ucap dan kata yang tak mampu
kupercayai
Ketika engkau memberi itu semua padaku.
Aku menganggap itu hanya sebagai
kewajibanmu sebagai seorang guru terlebih sebagai seorang biarawan.
aku pantas mendapatkan itu semua karena sudah menjadi milikmu untuk berbagi kepada sesama. Mewartakan kasih Tuhan sebagai kesaksianmu didalam hidupmu sebagai perpanjangan tangan Tuhan... namun ternyata bagimu lebih dari itu. Engkau ingin aku tidak menganggap itu sebagai kewajibanmu tapi sebagai perhatian yang luar biasa untukku. Hanya ada satu keinginanmu, ingin mengubahku.
aku pantas mendapatkan itu semua karena sudah menjadi milikmu untuk berbagi kepada sesama. Mewartakan kasih Tuhan sebagai kesaksianmu didalam hidupmu sebagai perpanjangan tangan Tuhan... namun ternyata bagimu lebih dari itu. Engkau ingin aku tidak menganggap itu sebagai kewajibanmu tapi sebagai perhatian yang luar biasa untukku. Hanya ada satu keinginanmu, ingin mengubahku.
“Rollys, besok ada waktu tidak ?”
katamu suatu saat
“Ada apa Bruder ?” tanyaku
“Kamu mau bruder ajak ziarah ke Gua
Maria Bitauni” jawabnya.
“Waduh...Bruder, saya minta maaf,
saya tidak bisa ikut.ada acara Bruder”
“ayolah, Lis...ikutlah, bergabunglah
bersama kami...”bujuk Bruder
“Aduh, Bruder...maaf seribu maaf,
aku tidak bisa”
“Yeah,...”
“Maaf ya Bruder, suatu saat aku akan
coba ikut.”
Ajakan yang kutolak hanya untuk
membentengi kemalasanku untuk mengikuti acara yang demikian. Entah mengapa aku
begitu cukup anti dengan hal – hal yang berbau rohani. Hati yang tak pernah
yakin akan sesuatu yang akan menyelamatkanku suatu saat diakhiratku nanti.
Pancaran rona keagamaan sirna begitu saja disetiap ajakan untuk mengikuti
ataupun ikut ambil bagian dalam acara kerohanian. Ah...itulah keberadaanku
saati itu. Cinta yang datang dari pihak lain tak kuhiraukan. Hanya satu
pintaku, aku ingin bahagia sesukanya. Mungkin saat itu aku menamakan diri
sebagai seorang atheis yang tidak meyakini bahwa Tuhan itu ada. Meski setiap
minggu aku ke gereja.namun itu hanya sebuah kewajiban yang harus kujalani.
Terkadang ada paksaan dari teman – teman untuk datang menghadiri misa atau
kebaktian. Ataupun hanya ikut – ikuttan. Daripada tidak punya teman lebih baik
ikut pergi bersama – sama mereka. Pikiran, keyakinan , dan perbuatanku saat itu
hanya demi kesenanganku. Aku jalani dengan kebebasan yang penuh. Boleh
dikatakan orang yang jatuh didepankupun tak kuhiraukan...
“Rollys, minggu depan kamu jadi
Misdinar ya.”
“Aduh, Bruder...aku tidak mau.aku
tidak bisa.bisa kacau misanya.”
“Pokoknya kamu harus mau.nanti akan
diajari.”
“Aku tidak mau Bruder.”
“Kali ini kamu harus mau. harus...setiap
kali Bruder ajak tidak pernah mau.ada apa sih?”jawab Bruder itu dengan suara
agak keras.
“Hmmm...bagaimana ya?”
“Pokoknya ikut titik.”
Pernyataan yang agak keras itu
membuatku terhentak. Bagai disambar petir di siang hari,Serasa benteng yang
selama ini menjadi benteng dan tamengku, roboh. Hancur berantakan ...tiada
bersisa. Bagai cermin atau kaca yang
hancur berantakan tanpa sisa ketika dilempar batu. Hatiku mulai terbuka
... terbuka tanpa sekat lagi.
Ah...Rollys...inikah dirimu ??? ah...aku tak tahu itu semua. Yang
jelas...ada sesuatu hal baru yang mulai sadar akan perhatian, cinta, kasih,
ucap kata yang selama ini Bruder berikan padaku. Beliau menginginkanku menjadi
orang berguna, berarti untuk siapa saja yang dijumpai.namun terlebih untuk diri
sendiri. Bagai anak yang hilang aku ditemukan kembali. Untuk kembali memintal
benang indah, melukis kasih dalam replika hati, menancapkan paku cinta pada
tempat dimana menabur benih. Menjadi misdinar atau pelayan imam di panti imam.
Bersama Bruder dan juga teman –
teman yang lain, aku memulai itu semua. Aku jalankan itu semua. Kebahagian
terpancar ketika aku mampu membuat orang bahagia dengan setiap pelayananku. Aku
sungguh merasakan hidup ini penuh makna. Ada suatu rona kebahagiaan yang
sungguh terpancar dari hati yang paling dalam. Aku bisa memahami bahwa aku
seolah – olah jatuh cinta dengan pelayananku saat itu. Menjadi ratu untuk
diriku yang hampir berantakan karena keinginanku yang hanya beralasan akan
kebahagiaan sesaat. Bahwa tanpa Tuhan, aku bisa menjalani hidupku sendiri.
Dia sungguh mengubahku...kuyakini
bahwa dialah utusan Tuhan. Menjadi Panjang tangan Tuhan menanggkapku agar tidak
jatuh jauh dari Tuhan...
Hati Tuhan melalui hatinya membuatku
yakin.
CintaNya yang luar biasa melalui
cintanya tiada hentinya memperhatikanku,
membuatku percaya.
Ucap dan katanya membuatku sadar.
Engkau, Tuhan ... sungguh berarti
dalam hidupku ...
Engkau, sungguh mengubah hidupku ...
Aku boleh berkata dengan lidah yang
kelu, karena ku tak mampu untuk mengatakan ini semua.
Kujalani hidup bak matahari pagi
yang memancarkan sinarnya,
memberi kehangatan pada ciptaan yang
lain,
embun pagi yang segar membasahi
rumput.
Kurasakan kemurnian yang mendalam,
kelimpahan kasih Tuhan yang mengalir tiada hentinya.
Therollyeszz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar