Tanpa menghiraukan orang-orang yang ada, aku menerobos masuk dan mengambil anak kecil itu. Tanpa ku sadari air mataku menetes membasahi pipiku yang kemerahan akibat ketakutanku melihat peristiwa itu. Dengan tangan gemetar aku mengusap darah yang begitu banyak di dahinya dengan sapu tangan. Darah mengucur bagai selang yang bocor ketika dialiri air. Ya Tuhan, tolonglah anak ini. Entah apa yang menggerakkan kepalaku. Aku melongokkan kepalaku ke atas. Melihat orang banyak itu satu persatu.
Ada perasaan kesal. Mengapa mereka tidak membantu anak kecil ini? Ingin ku bertanya kepada mereka, tapi tiba-tiba terdengar bunyi sirene dari ujung jalan sebelah sana. Ternyata yang datang adalah mobil ambulance dan beberapa orang polisi. Dengan waktu yang bersamaan, dua orang suster pun muncul. Rupanya mereka penasaran ketika melewati jalan itu dan melihat kerumunan orang.
"Suster Rollys ... terima kasih engkau telah menolong anak kecil ini." kata Suster Charlita.
Dengan cepat-cepat aku dan Suster Charlita serta Suster Christine membopong anak kecil itu ke dalam ambulance, lalu mengantar anak kecil tersebut ke Rumah Sakit Cahaya Kasih tempat kami mengabdikan diri. Sedangkan Pak Polisi mengamankan sopir dan bus yang menabrak anak kecil itu, serta mengatur lalu lintas yang sempat macet akibat kecelakaan itu.
" Ya Tuhan berilah kesembuhan kepada anak kecil ini. Biarkan dia hidup lebih lama lagi. Kalau perlu seribu tahun lagi. Aku tak tega melihat anak kecil ini mengalami peristiwa yang menakutkan ini."
Dengan sigap aku dan Suster Charlita membersihkan darahnya dengan kapas dan air panas yang telah tersedia di mobil ambulance tersebut. Sedangkan Suster Christine membopongnya agar tidak terlalu terbentur di tempat tidur. Perjalanan ke Rumah Sakit Cahaya memakan waktu kurang lebih tujuh menit. Sesampainya di Rumah Sakit tanpa menunggu tempat tidur dorong dari UGD, aku dan Suster Christine langsung membopong anak itu lalu membawa masuk UGD.
Rupanya Dokter jaga dan seorang suster sudah menanti. Dengan sigap mereka membersihkan lagi sisa darah yang belum sempat dibersihkan. Sedangkan Suster Charlita dan Suster Christine menyiapkan lagi kapas dan alkohol. Aku berdiri di dekat kepala anak itu sambil mengusap rambutnya yang masih basah karena dibasahi dengan alkohol. Tidak lama kemudian kepala anak itu sudah selesai dijahit dan diperban. karena belum sadar, ia diistirahatkan di UGD agar tidak terganggu.
"Sambil menunggu anak kecil ini mendingan Suster Rollys tolong belikan makanan untuk makan siang kita." kata Suster Charlita. Tanpa pikir panjang aku keluar dari ruang UGD menuju kantin kesehatan yang memang tersedia. Makanan yang ada selalu dijaga dan dijamin bersih.
Dengan sigap aku dan Suster Charlita membersihkan darahnya dengan kapas dan air panas yang telah tersedia di mobil ambulance tersebut. Sedangkan Suster Christine membopongnya agar tidak terlalu terbentur di tempat tidur. Perjalanan ke Rumah Sakit Cahaya memakan waktu kurang lebih tujuh menit. Sesampainya di Rumah Sakit tanpa menunggu tempat tidur dorong dari UGD, aku dan Suster Christine langsung membopong anak itu lalu membawa masuk UGD.
Rupanya Dokter jaga dan seorang suster sudah menanti. Dengan sigap mereka membersihkan lagi sisa darah yang belum sempat dibersihkan. Sedangkan Suster Charlita dan Suster Christine menyiapkan lagi kapas dan alkohol. Aku berdiri di dekat kepala anak itu sambil mengusap rambutnya yang masih basah karena dibasahi dengan alkohol. Tidak lama kemudian kepala anak itu sudah selesai dijahit dan diperban. karena belum sadar, ia diistirahatkan di UGD agar tidak terganggu.
"Sambil menunggu anak kecil ini mendingan Suster Rollys tolong belikan makanan untuk makan siang kita." kata Suster Charlita. Tanpa pikir panjang aku keluar dari ruang UGD menuju kantin kesehatan yang memang tersedia. Makanan yang ada selalu dijaga dan dijamin bersih.
bersambung ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar