Senin, 13 Maret 2017

MAAFKAN AKU.

Hasil gambar untuk hati yang terluka karena cintaAku sejenak menggeliat ketika bangun pagi. badanku berat pagi itu seperti ditimpa suatu beban. Rasa malas menjadi milikku pagi itu. ingin rasanya neneruskan tidurku lagi. Apalagi aku masih teringat dengan peristiwa waktu itu, yang membuatku sakit hati. Tapi aku harus menepati janjiku sendiri yaitu berolahraga pagi
. Kucoba menepis rasa malasku itu, dan berhasil. Aku mengambul keputusan untuk berolahrafa lari pagi. Mungki dengan berolahraga menghirup udara pagi, perasaan sakit hati bisa terobati. Aku ke kamar mandi, menggosok gigi, mencuci muka, lalu mengganti pakaian tidur dengan pakaian olahraga. sepatu olahraga warna biru favoritku pun tak ketinggalan kukenakan. setelah pamit pada Bapak Ibu, aku pun pergi.
Angin segar menyambut kedatanganku. Aku mendongakkan keplaku ke langit. Wow... indahnya. langit yang biru dihiasi dengan sedikit awan, sisa-sisanya gemerlapnya bintang dan bekas-bekas cahaya bulan. sejuk segar, membawa kedamaian. Aku berlari ke arah barat. kicauan burung silih berganti. Ku lihat kiri kanan, banyak pohon besar dan bunga-bunga bermekaran menghiasi tepi jalan seolah-olah mereka tersenyum menyambut pagi itu bersamaku. Aku berlari santai sambil terus menikmati keindahan alam tersebut.
Sungguh indah ciptaan Tuhan. Keindahan pagi itu membuatku melupakan segala kesedihan yang kualami. khususnya peristiwa malam itu. Yang telah membuatku skit hati. Tak terasa kau hampir tiba di simpang tiga yang biasa dilewati oleh teman-temanku. Dari kejauhan terlihat teman-temanku: Selfi, Rince, dan Lora, berdiri mengelompok di dekat simpang itu. kelihatannya mereka sedang membicarakan sesuatu yang sangat serius. Aku sengaja berlari lewat seberang jalan sana. berlaku seola-olah tidak melihat mereka. Dan memang tidak mau mengganggu mereka. Aku mendendangkan sebuah lagu berjudul: "Kuucapkan terima kasih padaMu".
"Rol... Rollys... " panggil salah seorang temanku dari seberang sana.
"E... Selfi, apa kabar? ada apa?" Aku berlaku seoalh-olah kaget.
"Sini!"
"Maaf, aku harus pergi melanjutkan lari pagiku." kali mereka secara serentak dan serius memanggilku.
"Rollys... ayo ke sini sebentar saja!" dengan setengah hati, aku menyeberang ke tempat mereka berdiri. Namun aneh, ketika aku datang mereka langsung diam, tunduk, bergeming. Aku bingung.
"Ada apa sih?" Mereka tetap diam. Aku semakin bingung. 
"Ayo katakan, ada apa sebenarnya?. namun mereka masih tetap saja diam. Aku pun mulai jengkel. 
"Lebih baik aku perhi. daripada membuang-buang waktu di sini hany untuk berdiam diri. Aku kesal dengan kamu semuanya." Ketika aku hendak beranjak dari mereka, Selfi mencegahku, dengan menarik tanganku.
"Ah... lepas....!" Aku mau pergi dari sini. Aku jengkel dengan kamu. Aku sudah capek-capek ke sini tapi kalian tidak mau bicara. Sebenarnya ada apa sih?", bentakku. Mendengar itu mereka saling suruh menyuruh agar angkat bicara. Aku diam dan memperhatikan tingkah mereka. lalu, Rincelah yang mengalah dan mulai bicara.
" Rol... lys.... maafkan kami. Kami ingin memberitahu sesuatu yang cukup penting berhubungan dengan kamu. "
"Ada apa?"
"Dia semalam jatuh dari motor, dan sekarang berada di Rumah Sakit."
"Siapa itu dia? Aku tidak mengerti dengan maksud pembiacaraan kamu."
"Hmm... m... Ricky."
"Ha... ? Apa aku tidak salah dengan? syukurlah... "
"Iya betul. Sebenarnya tadi kami mau ke rumah kamu untuk memberitahukan hal ini kepada kamu. Tapi kami urungkan. Nanti saja setelah berolahraga. Ternyata kita bertemu di sini. Jadi akhirnya kami memberitahu kamu di sini saja." jawab Lora.
" Sekarang kita harus ke Rumah Sakit. Semalam dia sempat memanggil-manggil namamu saat kami datang."
"Tapi... ah, aku tak ada waktu untuk ke Rumah Sakit. Kamu saja ke sana. soalnya aku harus cepat-cepat pulang, kami mau ke rumah nenek. Nenek juga lagi sakit. Pasti Bapak Ibuku sudah menunggu. Oke..."?, aku memberi alasan sebagai salah satu taktik, agar aku tidak ke Rumah Sakit untuk menengok Ricky. Sebab aku benci melihatnya.
"tapi... Rollys... tolong, please, saat ini dia sangat membutuhkanmu. Apa kamu mau dia semakin menderita?" Selfi memohon.
"Bu Rina, ibunya Ricky pun sangat mengharapkan kamu."
'Tidak, aku tidak akan ke sana. Aku benci dia, benci...!. Biar kamu semuanya tahu dan mengerti perasaanku. Mengapa Ricky jatuh dari motor. Dia telah mengkhianati aku. Aku tidak peduli lagi dengannya. Biarlah dia mendapatkan penderitaan itu". Aku mengeluarkan unek-unek yang ada dalam hatiku. Rasa sakit hati menjadi lega. Air mataku mengalir tak tertahankan.
"Apa betul Ricky tega mengkianati kamu?" tanya selfi.
"Sudah ya teman-teman, aku harus pergi sekarang juga."
"tapi... Rollys..., Ricky sangat membutuhkan kamu. Kami sangat berharap agar kamu bisa datang menjenguk dia. Tadi menjelang subuh, Ricky memanggil-manggil nama kamu lagi dengan mengucapkan kata minta maaf. sampai napasnya tersengal-sengal. Dan Bu Rina pun sangat mengharapkan agar kamu datang menjenguk. memberi penghiburan dan semangat untuk Ricky. Tolong, dattang dan maafkan dia." Rince memohon, aku hanya diam. Mencoba menguatkan hati dan menahan emosi yang sempat tidak kukendalikan. Aku mencoba menimbang-nimbang. Apakah aku harus ke Rumah Sakit ataukah terus melanjutkan olahragaku dan kembali ke rumah? Selam sekitar lima menit aku berkutat dengan pertimbanganku itu. Sedangkan teman-temanku menanti dengan penuh harap, Akhirnya aku mengambil keputusan. AKu harus memaafkan Ricky. Menengok dia, meskipun rasa sakit hati masih ada dalam diriku. AKu juga tidak boleh menutup perasaan yang ada. Sejujurnya aku masih mencintainya.
"Oke..., aku mau menengok Ricky."
"Terima kasih Rollys, terima kasih." ungkap Slefi, Rince, dan Lora, hampr bersamaan dengan penuh bahagia. 
"Ayo kita sekarang pergi ke Rumah Sakit." ajakku. Dengan berlari pelan-pelan kami menuju Rumah Sakit yang tidak jauh dari tempat itu. Di dalam perjalanan, Selfi, RInce, dan Lora bernyanyi pelan-pelan. Sedangkan aku hanay diam mengahdapi perasaanku yang lagi galau. Tak terasa kami telah samapi di depan Rumah sakit. Aku memberi isyarat agar ketiga temanku masuk mendahului aku. Melewati pintu gerbang, memberi salam kepada Pak Satpam yang lagi jaga. Masuk melalui pintu utama Rumah Sakit di Ruang Melati nomor lima kelas satu. Selfi, Rince, dan Lora berhenti. Mereka menungguku yang berjalan sedikit jauh dari mereka. 
"Rollys, kamu masuk duluan." Perintah Rince.
"Ah, tidak mau. kami saja yang masuk duluan."
"Rollys, kamu saja yang masuk duluan, biar beri kejutan pada Ricky." bujuk Selfi.
"Aku bilang tidak, berarti tidak." Akhirnya mereka mengalah, membuka pintu dan masuk. Aku tetap berdiri di luar. ingin menangis. Melampiaskan amarahku.
"Ayo nak Rollys, silahkan masuk. " panggil Bu Rina dari dalam kamar sambil membuka pintu.
"Ya Bu." aku kaget. Bu Rina melangkah sedikit ke samping pintu dan mempersilahkan aku masuk. Ya Tuhan, apa aku tidak salah lihat? ingin rasanya menangis. Rasa benci, kasihan bercampur menjadi satu. Ricky menyambut kedatanganku dengan senyumnya yang lemah. waajahnya biru balau. kepalanya dililiti perban. Aku berdiri terpaku tidak jauh dari tempat ia berbaring. Diam dan menunduk. Bu Rina, Selfi, Rince, dan Lora pun demikian. Diam, seolah-olah sesuatu akan dimulai oleh aku atau Ricky. Ricky pun hanya diam dan memperhatikanku dengan wajah yang kelihatan agak memelas. Beberapa saat kemudian...
"Rollys..., maafkan aku." Ricky membuka pembicaraan dengan suara terbata-bata. Aku masih tetap diam saja, namun sedikit mengangkat kepala mencoba menatapnya. 
"Rol..., maafkan aku. Berilah aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku." Ricky memohon. Mendengar itu, hatiku pun mulai luluh. Tak terasa air mataku mengalir. Tanpa pikir panjang aku berjalan ke samping tempat tidurnya dan langsung memegang tangannya. Ricky pun memegang tanganku dengan erat.
"Maafkan aku Rollys, aku memang telah bersalah, mengkhianati cinta kita." Suasana kamar sakit dipenuhi dengan tangisanku. Aku telah menuangkan perasaan sakit hati, menjadi perasaan yang penuh cinta. 
"Aku mencintaimu, Ricky."
"Aku juga mencintaimu, Rollys".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERJUMPAAN YANG TAK DIINGINKAN

💘💕💗 Yang kutakutkan adalah berjumpa dan kemudian berpisah. Rasa-rasanya tak mampu untuk melepaskanmu dan berpisah denganmu. hari-hari pen...