Kamis, 30 Maret 2017

YANG MUDA BERAKSI (Suster Fransiskan Sukabumi)

"Anak muda memegang peranan besar. Mereka memiliki jiwa kepemimpinan, tulang punggung, serta penuh semangat untuk menjalankan aksi-aksinya,".
kaum muda adalah agen-agen perubahan, yang akan membuat perbaikan diantara saudari-saudarinya, sesamanya, kongregasinya, dan juga di masyarakat.


Kaum muda (Suster muda) mempunyai tanggung jawab untuk memberi kesaksian kepada masyarakat khususnya kepada kaum muda katolik (OMK) secara kreatif, inovatif dan gaul, bahwa dunia membutuhkan pelayanan yang penuh dari mereka.
berakar dari hal ini, komisi promosi panggilan kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi (SFS) mengadakan pelatihan kepada para suster mudanya untuk mempunyai kekuatan dan keberanian dalam memberi kesaksian dan mengajak kaum mudi katolik untuk bergabung bersama dalam kongregasi melayani sesama yang membutuhkan. kegiatan ini dilaksanakan selama 2 hari (sabtu - minggu, 25 - 26 Maret 2017) bersama Ibu Lies Pranowo. 26 orang peserta yang notabene adalah para suster muda (Medior pratama, Yunior, Novis, Postulan & 2 orang suster medior madya).
awal  sesi di mulai dengan penjelasan tentang tujuan dari pelatihan ini, kemudian membuat tinjauan atas kegiatan yang selama ini dilakukan, tahu dan paham tentang strategi promosi, cara melakukan market capital dan survey serta hal-hal lain untuk mendukung promosi, dan diakhiri dengan membuat rencana tindak lanjut yang akan dikembangkan sebagai program promosi panggilan.
refleksi, kerja kelompok untuk mencari solusi pun dijalankan. tak ketinggalan simulasi cara mempromosikan kongregasi kepada umat khususnya kepada kaum mudi katolik. 5 orang menjadi pengamat, 16 orang jd peserta dan 2 orang menjadi pelaku promosi yaitu Sr. Sylvana SFS dan Sr. Emilia SFS. masing-masing berusaha memperkenalkan kongregasinya dengan cara dan gayanya masing-masing. 

pertemuan ini menghasilkan sebuah catatan proses pelatihan yang dibuat oleh peserta dan pembimbing yaitu:
1.    Refleksi tentang Kongregasi
Kongregasi SFS saat ini menginjak usia 85 tahun memiliki banyak sekali kekuatan-kekuatan yang menjadi landasan gerak keraulan di Gereja Indonesia. Semangat persaudaraan, kebersamaan, sukacita, hidup doa, keramahtamahan, kekeluargaan dan lain-lain merupakan pondasi kuat bagi tegaknya sebuah rumah bernama Kongregasi SFS. Dari rumah ini lahir aneka karya kemanusiaan yang bertujuan untuk memastikan setiap orang maju dan sejahtera sesuai dengan motto  : Menjadi pengungsian bagi yang menderita. Artinya bahwa SFS memang dihadirkan untuk berpihak pada orang kecil, lemah, miskin, terpinggir, tertindas, terlupakan dan juga ornag-orang difabel. Itulah mengapa SFS mengembangkan program layanan kesehatan, pendidikan, pendampingan lansia dan juga layanan pengembangan sumber daya seperti rumah retret Lidwina.
a.      Keprihatinan : Para suster SFS peserta pelatihan ini menangkap dan menyadari berbagai kelemahan yang dirasakan turut mempengaruhi rendahnya jumlah panggilan. Kelemahan itu antara lain : kurang percaya diri yang menyebabkan kurang berani mengambil peluang di kancah layanan publik/umat umum, keterbatasan informasi dan pengetahuan terlebih terkait dengan perkembangan informasi dan komunikasi.
b.      Tantangan kongregasi adalah; bagaimana membangun daya pikat bagi orang luar terutama remaja-remaja putri (dan juga keluarga mereka) agar tertarik ambil bagian untuk hidup selibat sebagai biarawati ditengah aneka persaingan dan tawaran-tawaran konsumerisme, hedonisme dan juga gaya hidup. Sementara Kongregasi menawarkan cara hidup yang sangat bertolak belakang dengan ‘gaya dunia ini pada umumnya’.
c.      Kongregasi ini memiliki peluang, karena saat ini banyak anggota muda yang cukup potensial yang dapat didorong, diberi peran dan dipercaya untuk tugas-tugas strategis terutama dalam rangka promosi panggilan. Secara keseluruhan promosi panggilan adalah sebuah kegiatan yang mengupayakan pengembangan dan peningkatan panggilan khusus (menjadi biarawati SFS). Maka promosi panggilan melekat pada  hidup sehari-hari para suster yang mewartakan cara Yesus berkarya melalui kongregasinya. Secara individu maupun komunitas, setiap anggota wajib menjadikan dirinya ‘model’ atau teladan atau ‘brand’ seorang SFS yang berdaya tarik dan berdaya pikat melalui berbagai karya pelayanan yang dilakukan dan juga melalui cara-cara berkomunikasi yang persuasif, yang mampu mempengaruhi orang lain dan mengajak orang lain berubah dengan ambil bagian menjadi biarawati SFS.
                
2.    Harapan terhadap Koggregasi
Seluruh peserta sepakat bahwa kongregasi ini harus tetap eksis di masa-masa mendatang. Di tengah arus situasi dimana banyak biara yang tutup karena kekurangan anggota, sejak sekarang kongregasi harus mulai merancang program strategis promosi panggilan agar tidak terjadi krisis panggilan. Sejalan dengan itu harus dipikirkan terobosan-terobosan baru dalam mengemas promosi panggilan. Di berbagai daerah barangkali masih cocok dengan cara-cara konvensional, namun di daerah lain lagi, terutama perkotaan, kemasan promosi harus memiliki daya tarik kuat dan cukup berkarakter, sehingga mampu ‘mempengaruhi’ setiap orang (baca: gadis) menolehkan wajahnya, bertanya, menyatakan suka lalu mendaftar. Mimpinya adalah Kongregasi SFS yang besar jumlah anggotanya dan berkualitas dalam setiap bidang pelayanannya.

3.      Upaya peningkatan jumlah dan mutu anggota Konggregasi.
Pengalaman dan praktik baik selama ini menjadi inspirasi untuk terus berkarya mengembangkan dan meningkatkan panggilan. Para promotor yang menjadi ujung tombak promosi panggilan ini  membutuhkan peningkatan kapasitas agar gerak promosi lebih efektif. 

semoga dengan pelatihan ini, para suster muda/peserta semakin memperkaya diri dan mampu memperkenalkan kongregasi kepada masyarakat khususnya kaum mudi. 

Bravo... guys... Jesus Bless u all....










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERJUMPAAN YANG TAK DIINGINKAN

💘💕💗 Yang kutakutkan adalah berjumpa dan kemudian berpisah. Rasa-rasanya tak mampu untuk melepaskanmu dan berpisah denganmu. hari-hari pen...