Senin, 17 April 2017

JADILAH SAKSI YANG SETIA

Suatu anugerah dan berkat kebahagiaan syukur yang luar biasa yang diberikan Tuhan kepada hamba-hambaNya (Kongregasi SFS) karena boleh mengenang kembali kemandirian kongregasi (lepas dari Kongregasi induk – BOZ _Belanda) yang ke 21 tahun.

Ucapan syukur ditandai dengan misa syukur. Misa syukur bersama RD. Yustinus Dwi Karyanto (Pastor Paroki St. Yosep Sukabumi) dan dihadiri oleh para suster komunitas Pusat & komunitas St. Fransiskus Assisi Jalan Vetern II/10 dan para saudara –saudari OFS cabang Sukabumi pada pkl. 06.00 bertempat di Kapel Susteran St. Fransiskus, Jalan Rumah Sakit 3.
Dalam misa syukur ini juga diadakan pembaruan kaul Fransiskan oleh seluruh anggota Fransiskan untuk setia pada gereja katolik Roma.
“ teruslah menjadi saksi kebangkitan Yesus, teruslah wartakan kebaikan dan kasihNya, tetaplah jadilah saksi yang setia” pesan RD. Dwi dalam kotbahnya.
Perayaan syukur berjalan dengan penuh hikmat, meriah, dan lancar apalagi ditunjangi dengan pujian dari pujian Fransiskan yang penuh persaudaraan, semangat, dan gembira.
Pada kesempatan ini, Penulis meminta Pelayan Umum Kongregasi ( Sr. M. Zita, SFS ) untuk memberikan pesan dan harapan kepada seluruh anggota Kongregasi SFS yang ditulis demikian.
“Para suster yang terkasih pada tanggal 14 April bagi kita adalah tanggal yang keramat, maksudnya tanggal yang penuh makna, sebab pada tanggal tersebut sejarah mencatat SFS sebagai Kongregasi yang mandiri artinya tidak tergantung dari Induk atau asal-usul kita (BOZ- red). Peringatan kemandirian itu kita sudah memasuki usia 21 tahun.
Meskipun sudah mandiri dan berusia 21 tahun, kita tidak boleh meninggalkan akar yang telah ditanamkan oleh Ibu Rosa de Bie sebagai kongregasi Peniten Rekolek Caritas yang menjadikan diri sebagai tempat pengungsian bagi yang menderita. Nilai-nilai ini terus dilatih, dihidupi setiap hari oleh para penerusnya hingga kini.
Bagaimana kongregasi dari waktu ke waktu melatih dan menuntun anggotanya agar tetap setia menjalankan nilai-nilai tersebut di atas sebagai wujud kesetiaan pada panggilan kita yaitu panggilan dari Tuhan agar kita semakin hari semakin menyerupai-Nya.
Sebagaimana usaha kita untuk menghayati nilai Rekolek yang tahun ini mendapat perhatian khusus untuk merefleksikan kembali, sejauh mana penghayatan rekolek kita apakah masih setia sebagaimana yang diharapkan oleh Pendiri kongregasi.
Melalui jadwal harian yang terdapat pada konstitusi-konstitusi, kita ketahui betapa pentingnya setiap hari kita melatih diri terus menerus melalui meditasi, periksa batin, dan kunjungan Sakramen Mahakudus, selain doa-doa yang lain juga memperoleh perhatian yang sama. Menarik bahwa konstitusi kita mencatat adanya pergeseran waktu maksudnya jumlah waktu yang dipergunakan, konstitusi pertama tahun 1855 sampai konstitusi 1928, meditasi masih mempertahankan dalam satu hari 1 jam dengan pembagian setengah jam pagi hari dilakukan bersama-sama, setengah jam berikutnya dilakukan sore hari.
Tetapi pada saat ini tinggal setengah jam dalam satu hari untuk meditasi, apakah jumlah waktu yang berkurang ini akan mempengaruhi ‘wujud, warna, rasa’? saya rasa jelas belum lagi masih ada yang mengurangi lagi dari jumlah waktu yang ditetapkan yaitu 30 menit. Ini baru satu nilai yang kita angkat, apakah dengan penemuan ini kita masih dikatakan setia sebagai saksi? Kalau tidak lalu kita akan jadi apa? Rekolek namanya tapi rasanya sudah lain. Meminjam istilah Romo Driyanto Pr: Ciri-ciri seekor kucing itu adalah: makan ikan asin, mengeong, menangkap tikus. Kalau kucing sudah tidak makan ikan asin, tidak bisa tangkap tikus, tidak mengeong apakah dia masih kucing. Mungkin tubuhnya masih seperti kucing tetapi tingkah lakunya sudah bukan kucing lagi” sama dengan kita kalau kita meditasi, periksa batin, kunjungan sakramen tidak kita lakukan apakah kita masih Peniten Rekolek?
Mari para suster kita kembali menggunakan waktu yang 60 menit sudah menjadi 30 menit untuk meditasi ini jangan kita kurangi lagi, sehingga rekoleknya sungguh-sungguh berasa, tercium dan terlihat sehingga kita bisa melakukan perbuatan-perbuatan amah kasih atau caritas bahkan peran kita sebagai nabi akan semakin terasa dan bermanfaat bagi keselamatan orang lain”.
Satu lagi pesan dari Sr. M. Sylvana, SFS ( Yunior) berharap semoga SFS tetap selalu dalam semangat kebaruan, semakin bijaksana, sederhana dan semakin Peniten Rekolek yang memiliki karakter yang kuat. SFS teru berkibar.
“SFS paling OK buat saya, meski anggota sedikit namun ada kualitasnya. SFS cocok dengan saya. Saya bangga jadi SFS” begitu ungkapan Saudari muda ini.
Selamat Ulang Tahun ke 21 sebagai Kongregasi yang mandiri. Semoga kita semakin memahami, menghayati, dan melakukan nilai-nilai rekolek (pendoa) dan menjadi saksi yang setia dalam hidup persaudaraan dan karya kerasulan yang telah diteladankan oleh Ibu Rosa de Bie (pendiri) dan Bapa kita St. Fransiskus Assisi.
Mari, saudari-saudari, jadilah saksi yang setia...
Jayalah selalu dikau, SFSku...

Tuhan berkati









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERJUMPAAN YANG TAK DIINGINKAN

💘💕💗 Yang kutakutkan adalah berjumpa dan kemudian berpisah. Rasa-rasanya tak mampu untuk melepaskanmu dan berpisah denganmu. hari-hari pen...