Tatapan itu mulai dingin
Pikiran itu mulai tak berarti
Pialamu pun seakan tak lagi seindah mutiara
Terkungkung dalam jeruji besi
sampah - sampah mulai menumpuk
Berlomba untuk menjadi yang terdepan
Menanti sang empunya
Tuk menyapa dan menopangnya
Peluh berkejaran basahi penutup tubuh
Yang terlanjur terpilih tanpa memilih
Berharap samarkan keputusasaan n' kepedihan
Dari sergapan panas terik dan angin yg bertiup kencang
Tertatih
Kosong
Hampa
Melayang entah kemana
Tak berdaya...
Apalagi yg hendak dilakukan...
Seakan ampunan tak berhak lagi terpilih
membawa sejuta rasa bak putri Ratu terhalang trah nya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar